Kategori
Coretan Bunda

PALESTINA, IZZIS DAN PUTRIKU

Hari ini 12 Ramadhan 1442 H. Tadi sore, ada konser virtual dari grup nasyid Izzatul Islam via youtub. Izzatul Islam alias IZZIS merupakan grup nasyid yang pertama kali dikenal oleh anak-anak. Mungkin lebih tepatnya, dikenalkan. Ya, setelah mereka sering mendengar lagam murottal, bunda mengenalkan beberapa lagu nasyid dari IZZIS sekaligus nostalgia masa kuliah. Ternyata respon mereka antusias. Terutama aa yang saat baru dikenalkan akhirnya sangat sering memutar lagu “Gaza”. Dari sanalah diskusi mengenai Palestina dimulai.

Sebagai seorang ibu muslimah, saya merasa memiliki tanggung jawab untuk memperkenalkan kepada anak-anak mengenai kabar saudara-saudara mereka di Palestina. Saya merasa mereka harus tahu apa yang terjadi dengan saudara mereka di sana. Minimalnya saat mereka dewasa nanti paham sejarah tanah suci tersebut. Namun saya tidak yakin pada usia berapa mereka harus diperkenalkan. Hanya mengikuti kata hati dan ketidaksengajaan-ketidaksengajaan yang terjadi. Namun saya yakin semuanya tidak terlepas dari skenario Dzat Yang Maha pencipta.

2018 lah awal mula anak-anak mendengar lagu nasyid berbau Palestina. Saya tetap menjaganya agar tidak berlebihan. Karena saat itu aa masih berusia 4 tahun dan kakak 3 tahun. Awalnya bunda khawatir mereka masih terlalu dini mendengar kisah pilu yang tergambar lewat lagu. Tapi ternyata yang berkesan bagi mereka adalah semangat dari lagu tersebut. Di tahun yang sama pula dengan izin Allah bulan romadhon saat itu allah hadirkan seorang syekh dari Palestina di masjid perumahan kami selepas salat tarawih. Tentu saja dari ACT aksi cepat tanggap. Dan disana diputarkan pula film dokumenter kondisi Palestina. Mau tidak mau aa dan kakak yang hadir di masjid ikut serta menonton dan menyaksikan rangkaian acara. Bahkan dengan gembira aa meminta atribut Palestina yang ada di rumah. Mereka membawa syal Palestina sementara bunda memakai kerudung bercorak bendera Palestina. Selepas acara itulah perbincangan mengenai Palestina semakin berlanjut Dan agak mendalam. Akhirnya bunda mengusulkan kepada mereka untuk membuat celengan khusus untuk infaq mereka ke Palestina. Atas izin Allah juga lah Desember 2019 bunda menerima kabar adanya konser izzis dan entah kenapa sangat ingin menghadiri. Tentu saja tidak bisa sendiri, karena anak-anak masih melekat dengan bundanya. Akhirnya bunda mendaftarkan diri pada konser tersebut dan mempersiapkan semuanya dari hari-hari sebelumnya. Entah mengenai pemahaman, persiapan fisik, perbekalan . Qadarullah, Allah memberikan kesempatan bunda dan anak-anak pergi bertiga saja tanpa ayah YM. Karena saat itu suami ke luar kota.

8 Desember 2019 adalah saatnya anak-anak menyaksikan langsung tim nasyid favorit mereka. Bersamaan dengan hari family gathering dari sekolah kakak. Terbayang pagi acara sekolah, siang kita langsung ke Depok. Awalnya agak ciut dengan jadwal yang begitu padat dan terkesan melelahkan untuk anak-anak, pikir saya. Ternyata Allah memudahkan semua, anak-anak pun terkondisikan dengan baik. Mereka justru sangat antusias.

Ada kejadian yang paling bunda catat dalam memori pada saat itu. Selain antusias selama acara dan tidak menunjukkan rasa lelah meski paginya ada acara sekolah, hal yang paling berkesan adalah momen saat penggalangan donasi. Bukan, bukan karena mereka membongkar celengan langsung di depan petugas pengumpul donasi, bukan itu. Tapi saat MC membuka lelang sebuah lukisan dimulai tawaran 100 juta rupiah. Saat itu ditanyakan kepada hadirin dengan suara lantang siapa yang bersedia memginfakkan uang 100 juta untuk Palestina. Agak lama hadirin tidak ada yang beranjak angkat tangan maupun maju ke depan panggung. Tiba-tiba bunda dikejutkan dengan berdirinya Maryam dengan tangan kanan diangkatnya setinggi yang ia mampu sementara tangan kirinya memegang bendera Palestina. Seketika jantung bunda berdegup kencang, pertanyaan dan pikiran berkecamuk. Bunda menahan diri untuk tidak reaktif. Bunda lihat wajah gadis mungilku begitu serius dan penuh harap, tak tega rasanya menyela perbuatannya. Sampai akhirnya gemuruh takbir mengalihkan perhatian bunda. Pandangan tertuju ke samping panggung sekaligus membuang nafas lega. Ternyata sesi penawaran sudah ke 50 juta dan ada seorang ibu maju untuk menyatakan kesediaannya berdonasi 50 juta. Kutengok maryamku, nampak raut muka kecewa terpancar di sana. Ku rengkuh ia, memeluk erat penuh bangga. Bunda berusaha mengurai emosinya.

“Kakak kecewa ya? Engga ditunjuk om buat maju ke depan?”, Tanyaku hati-hati. Kaka hanya mengangguk. Kupeluk lagi dan kuukur tubuh mungilnya. Tentu saja kami di barisan 5 itu tidak mampu menampakkan tubuh bocah yang satu meter juga belum sampai. Ditambah lagi pencahayaan yang sengaja di redupkan. Namun dari hati, bunda merasa lega. Tak terbayang nanti bagaimana harus berkata jujur di depan panggung maupun panitia jika sampai putriku maju ke depan. Ditengah kondisi suami PHK belum pulih, dari mana 100 juta itu? Robbanaa.. Kekhawatiran klise seorang emak memang. Meski hal itu sebenarnya bisa menjadi pemicu semangat untuk menggalang donasi di sekeliling kami.

Kududukkan Maryam dipangkuan. Bunda beri pengertian mungkin belum saatnya keinginannya terpenuhi. Mungkin Allah memberi kesempatan dulu untuk kita mengumpulkan uang 100juta. Dan saya lihat gadisku mulai berpikir dan menyadari bahwa dirinya sama sekali tidak tahu apakah 100 juta itu ada atau tidak😂. Namun bunda tidak ingin mengerdilkan ataupun membuatnya malu atau merasa bersalah. Justru agar dia lebih sadar dan mang menunjukkan semangat.

“In syaa Allaah kakak bisa infak 100 juta untuk Palestina. Kita nabung yuk!”. Dia pun sumringah.

Putriku memang istimewa. Empatinya, percaya dirinya. Malam ini sebelum tidur sepertinya dia gelisah. Habis ashar tadi kami menonton konser virtual izzis. Pembicaraan Palestina pun mencuat hangat diatas pembaringan. Saat akan terpejam tetiba dia duduk dan minta dipeluk.

“Kaka rasanya pengen nangis, Bun.”

Kutenangkan dengan menjelaskan hal yang bisa kita lakukan: berdoa dan berdonasi. Kemudian diapun mantap berkata “Besok kakak mau infak buat Palestina bunda!”

Masyaa Allaah tabarakallah.

Semoga Allah penuhi hatimu dengan cinta, anak-anakku. Cinta kepada Rabbmu, kepada Rasul, kepada Dienul Islam dan sesama. Semoga menjadi orang terpilih yang dicintai Allah.

Kategori
belajar bunda

Maryam Belajar Bersepeda

Mau saved tulisan di kelas RAMPUDI (Rambu-rambu Usia Dini)

Tulisan bunda Ika 

Belajar sepeda

(Saat Maryam 3,5 tahun – 2019)

Cerita ini tentu saja tidak utuh, karena prosesnya tidak singkat dan saya sendiri tidak bisa menjabarkan detail per harinya☺️

Pertama kali belajar mengendarai sepedanya, putriku hanya berani jika ditemani dan di dorong. Saat dianjurkan dan disemangati mengayuh sepedanya sendiri dia tidak mau malah marah-marah. Berusaha memahami kondisinya, akhirnya kami tidak memaksa dan tetap menemaninya bersepeda dengan di dorong. Tentu saja ada beberapa catatan yang kami aplikasikan beberapa hari selanjutnya.

Mungkin perlu dipaparkan dulu beberapa hal kondisi putriku M:

1.Pendidikan aqidah sudah diupayakan dengan selalu mengajak anak-anak bersyukur dan mengingat nikmat yang dilalui setiap hari (khususnya malam hari saat mau tidur), spontan berdoa seperti bismillah, alhamdulillah, istighfar, dll maupun saat melihat benda-benda dikaitkan dengan Sang Pencipta.

2.Perkembangan motoriknya masih perlu dilatih, seperti meloncat, berlari zig-zag. Dugaan saya, karena fase merangkak dia tidak mengalami jadi stimulasi motorik harus lebih ekstra.

3.Emosi masih labil, wajar di usianya (menurutku)

4.Ego indivudualitasnya sedang tinggi. Apapun yang diinginkan harus dilakukan. Termasuk keinginan untuk di dorong-dorong bersepeda. Tapi biasanya setelah dituruti apa yang diinginkan, dia bisa berkompromi.

Apa yang kami lakukan? Bersepeda bukan gerakan sepele ternyata

1.Saat santai, selalu disebut betapa beruntungnya kita punya kaki dan tangan yang lengkap. Allah berikan karena sayang. Dan in syaa Allah kaki kakak M Bisa diajak berlatih naik sepeda. Ajak juga berdoa agar Allah kuatkan kakinya dan diberi kemampuan.

2.Untuk menguatkan organ tubuhnya, seringkali saya mengajak dia melompat dua kaki. Karena tipikalnya tidak bisa dipaksa atau disuruh-suruh, saya manfaatkan kakaknya untuk support kegiatan main yang saya lakukan. Misal dengan menggambar beberapa lingkaran, bunga, bentuk hati atau bintang di lantai dengan spidol. Kemudian bergiliran mereka meloncat ke gambar yang bunda sebutkan. Atau permainan lain semisalnya cerita yang melibatkan kelinci atau kodok, dll. Sempet juga mengenalkan permainan engklek, tapi untuk putriku sepertinya belum bisa jadi cuma beberapa kali saja.

3.Untuk mensupport emosinya, kami tidak memaksa dia mencapai target tertentu. Mengikuti kemauan dia salah satu upaya agar dia merasa aman dan percaya diri. Keteladanan diperlihatkan saat bunda agak kesulitan melakukan sesuatu, kemudian berdoa keras dan bilang “aku mau berusaha, in syaa Allah bisa”. Selain itu dengan melihat kakaknya yang sudah lancar bersepeda menambah motivasi dia untuk berusaha.

4.Menjaga egonya dengan sangat berusaha tidak membandingkan dengan saudaranya. Dan bermain sepeda saat dia menginginkannya. Sering mengatakan “in syaa Allah nanti kakak bisa. Berdoa ya nak. Yuk kita latihan lagi”

Seinget bunda, 2 Minggu kakak M baru mau goes sepeda. Meski masih terus dibantu dan ditemani. Setidaknya, keyakinan bahwa dia akan bisa dan kemauan untuk berusaha itu sudah kemajuan yang patut diapresiasi. Sebelum bersepeda biasanya dia baca “bismillah”. Termasuk anak yang ekspresif juga saat dapat pencapaian yang membuat dia senang, pasti cerita dan diiringi “Alhamdulillah bunda tadi kakak …”. Alhamdulillah .

#BundaYM

#BinderBunda

Review dari Teh Dewi (psikolog):

Bismillaahirrahmaanirrahiim… 

Izin menanggapi presentasi kegiatan belajar ananda Maryam dan Ayahbunda…

Pada umumnya anak-anak mampu mengayuh sepeda roda tiga di usia 36 bulan (3 tahun). 

Ini adalah usia pada umumnya untuk mencapai kemampuan tersebut, dengan tampilan kemampuan : mampu mengayuh pedal (memutar) di atas mainan beroda yang bergerak  mainan stabil. Anak bahkan belum diharapkan mampu mengarahkan setang sepeda dengan baik, atau mampu mengendarai sepeda dengan lancar. Mampu mengayuh 3-5 kayuhan sudah menunjukkan bahwa kemampuan motorik kasar ananda berkembang sesuai usia.

Kegiatan mengayuh sepeda adalah bentuk yang lebih kompleks dari kegiatan merangkak. Anggota gerak yang digunakan sama. Berenang gaya kupu-kupu adalah bentuk lain dari merayap. 

Jadi kemampuan dasar yang sederhana merupakan dasar dari perkembangan berikutnya, sehingga bila ada kesulitan di tahap awal “cenderung” akan kesulitan di tahap berikutnya.

Beberapa anak yg tidak merangkak, lambat dalam belajar bersepeda atau dapat bersepeda lebih awal dengan keseimbangan yang kurang baik (cenderung ngebut, atau sulit bersepeda di permukaan yang tidak datar).

Tentunya tampilan setiap anak tidak sama ya Ayahbunda, itulah kenapa kita sebut rambu2.

Jadi, apa yang Bunda Ika dan suami lakukan untuk mendukung perkembangan ananda Maryam sudah _on the track_

Mohon ditambahkan latihan2 psikomotorik yang lebih mendasar untuk membantu kemampuan ananda bersepeda, seperti :

-Melompat dari atas ke bawah

-Melompat dengan dua kaki bersamaan

-Melompat ke sisi kanan dan kiri (tubuh tetap menghadap ke depan)

-Bermain memutar pita (pita diikatkan di ujung sumpit) dengan menggunakan kedua tangan bergantian dan kedua tangan bersamaan.

– Lempar tangkap bola dari arah atas dan bawah.

Kemudian, untuk usia 3,5 Bunda sudah bisa sampaikan secara verbal capaian yang berhasil ia lakukan. Hal ini dalam rangka bersyukur pada Allah dan untuk menguatkan egonya.

Kategori
Coretan Bunda

KAKAK LAKI-LAKI

Dulu saat usia belasan, saya sangat ingin memiliki kakak laki-laki. Namun kemudian keinginan itu terhapus karena menerima takdir😇. Begitupun mencoba menganggap seseorang atau dua orang sebagai kakak. Tapi hasilnya malah pada satu quote: tak ada kedekatan sebagai saudara diantara lawan jenis😉.
Kini saat melihat putriku seringkali dimanjakan aanya, suka iri deh😄. Waktu adeknya belum bisa pake sendal, sering aa pakein. Mau minum bergegas diambilin, ada yang jailin adeknya dia maju nasehatin, adeknya nangis mau apa begitu perhatian. Sampai-sampai tak jarang bunda melarangnya untuk berbuat berlebihan. Khawatir pengaruh pada kemandirian adiknya.
Kejadian barusan juga so sweet banget. Si aa rela bolak-balik demi memenuhi keinginan adeknya😅.

Ceritanya aa minta jajan di blok sebelah. Bunda dan dan adiknya mau pergi ke warung, sempat lewat ke tempat aa jajan. Ternyata aa ga sendirian. Si Abang kue keliling itu hampir tak terlihat saking banyaknya anak mengelilinginya 😅. Sambil berlalu di atas motor adiknya bilang “nanti kaka mau minta ah kuenya ke aa”. Saya balas “boleh, bilang dulu ke aa”.

Setelah dari warung hal itu sempet terlupa. Pastinya si aa makan kue bersama teman-teman mainnya dong di sana. Dan benar ternyata. Tak lama kami tiba di rumah aja datang. Terus adiknya nanyain kue. Dengan santainya aa jawab habis. Langsung deh adiknya nangis, sementara aanya bengong😅. Terus bunda jelaskan. Aa langsung nawarin balik lagi untuk beliin kue buat adek. So sweet kaan…😍 Dan lucunya dia kesana pake sepeda. Sementara kuenya ga pake pembungkus. Sempat bunda tanya sebelum berangkat, bisakah nanti bawa kue sambil naik sepeda. Tentu dia jawab “bisa” penuh semangat. Padahal eh padahal…

“Bunda, kuenya jatuh,” aa datang dengan tergesa. Sudah kuduga😅. Akhirnya dia nawarin beli lagu. Alhamdulillah kali ini saya langsung sadar agar adik M mengikuti sebagai tanggung jawab atas keinginannya. Dan merekapun pergi berdua dengan aa rela jalan kaki karena adiknya ga mau jalan sendiri. Masyaa Allah.. Haadzaa min fadhli Robbiy..

Kue sarang laba-laba